Artikel ini saya bagikan berdasarkan kisah nyata dan merupakan sharing dari seorang teman di kompas.com :
Kisah ini dialami oleh Bapak M Latief (38). Pak Latief adalah seorang jurnalis yang memiliki hobi naik gunung. Suatu ketika Pak M Latief baru saja selesai melakukan jogging jarak jauh, tetapi tubuhnya terasa tidak biasa. Keringat mengucur deras dari kening, dan sebagian badannya. Keringat itupun yang keluar bukan keringat panas seperti yang biasanya melainkan keringat dingin, sangat dingin.
Pak Latief dan kedua anaknya sedang berlibur
Sedetik keringat menderas, diikuti dengan dadanya terasa sesak dan tengkuk hingga bahu yang menegang. Gejalanya mirip dengan masuk angin.
Fun City yang merupakan tempat permainan anak Margo City, Depok, tempat dimana waktu itu juga Pak Latief membawa kedua anaknya untuk bermain disana dan mengalami kejadian yang tidak biasa pada tubuhnya. Setelah gejala tersebut, Pak Latief merasa semakin menyempit, mengimpit.
Pikirannya mulai kalut, rasa sesak dada yang semakin nyeri seperti diremas-remas sangat keras bahkan seperti di injak-injak. Nafaspun terasa semakin sulit.
Batinnya, 'aneh kok begini, gejalanya masuk angin tapi bukan seperti masuk angin biasa. Ini bahkan lebih dari masuk angin biasa.'
Pelan-pelan Pak Latief mencoba untuk bernafas, keringat semakin deras dan kakipun semakin lemas rasanya. Perubahan itu terjadi hanya dalam waktu 3 menit, segeralah Pak Latief memanggil kedua anaknya.
"Abang, adik mainnya udahan dulu ya ! Dada ayah sesak, ayah mau ke dokter sekarang. Nanti kalau ketemu ibu, kamu bilang ke ibu ya, Bang, dada ayah sesak dan keluar keringat dingin, 'katanya kepada kedua putranya, Azka (9) dan Azzam (5).
Sebelum kejadian tersebut, sang istri pergi sebentar ke toilet. Tidak sampai 5 menit sang istri pergi, kejadian itu berlangsung. Pak Latief dengan pikirannya yang kalut tetap berusaha menyusul istrinya dengan jalan pelan-pelan dan bertahan supaya tidak pingsan. Tetapi hatinya sadar bahwa dia harus segera ke rumah sakit.
Dengan dituntun oleh kedua anaknya yang belum genap berumur 10 tahun, Pak Latief hanya bisa pasrah. Sambil menahan sesak, Pak Latief berjalan pelan-pelan. Azka memegang tangan kiri, Azzam memegang tangan kanan.
Akhirnya Pak Latief bertemu dengan istrinya. Istrinya bertanya "lho, kamu kenapa? Kok dingin banget? Masuk angin nih kayaknya,''
Azka menjawab, "dada ayah sesak, keringatnya dingin Bu, ayah minta ke dokter,' ujar Azka.
Pak Latief masih sadar, tetapi tidak ingin berbicara apa-apa karena sangking sesak dadanya. Dia membiarkan anaknya yang berbicara untuk menghemat energi agar tidak pingsan.
"Kamu masuk angin nih. Ya sudah, kita pulang sekarang saja ya, "kata sang istri.
Tiba-tiba Pak Latief menjawab dengan membentak, " enggak, ini aneh. Rumah sakit...ke rumah sakit sekarang"
Sang istri kemudian membalas, "kok, ke rumah sakit. Mari kita pulang saja ya. Kamu tunggu dan duduk disini, aku beli minyak angin dulu."
Mendengar jawaban sang istri, Pak Latief ingin marah tetapi nyaris karena dia sadar akan hanya menghabiskan energi saja. Jadi Pak Latief memutuskan untuk acuh saja.
Pak Latief tak ingin duduk, tetapi tetap berdiri sembari berpengangan pada dinding mal. Pikirnya, dudukhanya akan bikin sesak di dada semakin parah.
Sang istri, setengah berlari menghampiri Pak Latief. Dia baru saja dari Apotek.
"Kamu masuk angin nih, sini aku olesin dadanya. Punggungnya juga sini, "kata sang istri.
Pak Latief hanya diam saja, tetapi hatinya semakin yakin bahwa ini bukan masuk angin biasa.
Akhirnya Pak Latief tetap memaksa, "sekarang ke rumah sakit! Cari taksi sekarang! Ini jantung, jantung ! "
Akhirnya istrinya pun menuruti kata Pak Latief, dari tempat mereka berdiri masih ada 200 meter menuju ke lobby utama. Pelan-pelan berjalan melewati kerumunan, dengan dituntun oleh kedua anaknya di kiri dan kanan serta sang istri dibelakang untuk menahan punggung Pak Latief.
"Itu taksi," kata sang istri, beberapa meter di pintu gerbang.
"Pak, ke Rumah Sakit ya, yang paling dekat," ujar sang istri
Taksi pun langsung meluncur. Namun baru sesaat masuk jalan raya, panik mulai melanda. Dada Pak Latief terasa semakin sesak. Dashboard Taksi ini seperti mengimpit, badan Pak Latief makin lama semakin lemas.
Katanya dalam hati , " Tuhan...saya ingin sampai lebih dulu ke rumah sakit, jangan dulu biarkan saya mati, " batinnya terus berkata demikian di antara istigfarnya dimulut.
Doanya Pak Latief pun dijawab Tuhan. Sekalipun Pak Latief dalam posisi mata terpejam karena menahan sakit didada yang dideritanya. Jalan Margonda Raya yang biasanya macet pada hari libur, siang itu lenggang. Hari itu adalah Kamis, 29 Mei 2014 yang kebetulan juga merupakan hari libur Kenaikan Isa Almasih.
Tak sampai 10 menit, sangking ngebutnya, taksi sudah berbelok ke Rumah Sakit Mitra Keluarga, tak jauh dari Terminal Depok. Setibanya di UNIT GAWAT DARURAT, semangat Pak Latief kembali muncul. Beliau keluar sendiri dari taksi tanpa dibantu sopir taksi. Dengan berjalan pelan-pelan, dan tetap diapit kedua anaknya serta sang istri yang menahan bahu dari belakang.
"Dada sesak, keringat dingin," ujar sang istri kepada petugas UGD yang datang membuka pintu sembari mendorongkan tempat tidur. Pak Latief ingat betul, saat itu dia langsung diminta duduk di tepi tempat tidur dan diminta diam sebentar.
"Angkat lidahnya, Pak, telan ini dan habiskan," ujar seorang petugas sembari memasukkan obat berbentuk bubuk ke balik lidahnya. Sekonyong-konyong, selesai melumat obat tersebut, nyeri di dada Pak Latief perlahan menghilang. Petugas pun meminta Pak Latief untuk berbaring, dan memasangkan selang oksigen ke hidungnya. Tangan kirinya pun diberi cairan infus.
Meskipun rasa sesak di dada belum hilang, nyerinya sedikit berkurang. Untuk itulah, Pak Latief diminta menghabiskan obat yang juga sudah disiapkan oleh seorang suster. Ada 7 butir obat disodorkan oleh suster tersebut. Sambil membawa segelas air, sang suster meminta Pak Latief selekasnya minum obat tersebut.
"Habiskan, Pak, " Ujar sang suster.
Hanya dalam 5 menit setelah meminum 7 butir obat tersebut, nyeri di dada Pak Latief hilang seketika. Tak ada lagi rasa sesak, apalagi nyeri. Suhu tubuhnya pun berubah menjadi hangat.
Seorang dokter muda, yang bertugas jaga di UGD saat itu menghampirinya. Dokter muda ini berkata bahwa 7 butir obat tersebut adalah obat jantung. "Bapak kena serangan jantung ringan. Terlambat 5 menit saja, mungkin Bapak sudah tiada. Baiklah, Bapak kami rawat disini ya," Ujar sang dokter muda tersebut.
Pak Latief hanya mengangguk lemah. Dari balik pintu UGD, dia melihat kedua anaknya melambai-lambaikan tangan ke arahnya sembari tersenyum. Kedua anaknya yang dia anggap sebagai pahlawan tidak diizinkan masuk ke dalam ruangan, termasuk istrinya yang repot kesana kemari mengurus perawatan selanjutnya.
PEMBENGKAKAN JANTUNG
Kamis, 5 Juni 2014, tepat seminggu lalu serangan jantung ringan itu terjadi, kondisi Pak Latief berangsur pulih dan semakin baik setelah dirawat selama 6 hari di RS Mitra Keluarga. Vonis sang Dokter bahwa Pak Latief harus mengurai kembali pola hidup sehat agar kejadian itu tidak terulang kembali.
Baca juga : Cara mudah mencegah penyakit jantung
Pak Latief mengaku bahwa "dia tak memiliki riwayat jantung. Dia juga suka berolahrga, terutama jogging, meskipun hanya dua kali seminggu. Bahkan pada umurnya yang ke 38 tahun saat itu, dia masih menyalurkan hobinya mendaki gunung. Ya, dua pekan sebelum kejadian ini, Pak Latief juga baru pulang mendaki Gunung Gede, Jawa Barat, bersama teman-temannya. Beliau rutin mendaki gunung setahun satu atau dua kali. "
"Bapak memang kelihatan sehat dan banyak orang yang terkena serangan jantung juga dalam kondisi sehat. Tapi kemarin itu, saat serangan datang, jantung Bapak lemah untuk memompa oksigen. Sekarang kondisi Bapak sudah membaik, meskipun masih ada pembengkakan. Bapak harus mengubah pola makan dan berhenti merokok, " kata Dr Bona Dwiramajaya H, SpJP, FIHA
Baca juga : Jenis Makanan Sehat bagi Jantung yang Wajib untuk Dikonsumsi
Pak Latief merasa beruntung, penanganan ketika terjadi serangan jantung ringan itu bisa dilakukan secara tepat dan cepat, terutama berkat bantuan istri dan kedua anaknya. Biasanya, dengan gejala umum seperti keringat dingin yang berlebihan, dada sesak dan nyeri, serta tengkuk dan bahu tegang bukan main, waktu-waktu krisis (golden time) kala serangan itu datang, banyak orang yang masih belum mengerti bahwa itu adalah serangan jantung ringan. Lazimnya, kebanyakan orang berpikir itu hanya masuk angin biasa.
Kesimpulan
Jantung yang sehat merupakan hal yang sangat penting demi keberlangsungan hidup. Dengan memiliki jantung yang sehat maka anda dapat beraktivitas dengan baik.
Memang, kita tidak bisa tebak kapan serangan seperti itu datang, disitulah sangat diperlukan kejujuran seorang penderita untuk memberitahukan kondisi yang dialami entah gejalanya normal atau tidak normal serta kepekaan orang sekitar jika kondisi sudah darurat lebih baik bawa saja ke Rumah Sakit.
Jaga kesehatan jantung anda sedini mungkin dengan memiliki pola hidup yang benar dan jangan lupa untuk berolahraga, memang penyakit tidak menular tidak ada yang mengetahui kapan bisa datang, tetapi 90% orang meninggal karena sakit tidak menular yang mereka alami seperti penyakit jantung, gagal jantung, stroke, diabetes, hipertensi, dan kolestrol. Sudahkah anda mempersiapkan biayanya, ketika sakit-sakit diatas menyerang anda atau orang yang anda kasihi ?
Biaya kesehatan adalah biaya yang paling mahal selain biaya pendidikan sekolah. Persiapkan dana darurat anda jika terjadi sesuatu terutama pada hal-hal seperti ini. Karena 85% penderita sakit tidak menular dinyatakan bangkrut karena harus menanggung biaya berobat yang sangat mahal dan terpaksa asetpun dijual bahkan mencari pinjaman demi melanjutkan pengobatan.
Update seputar tentang jantung, silakan mendaftarkan email anda diatas artikel blog ini dan like page facebook penyakitjantungtips
Update seputar tentang jantung, silakan mendaftarkan email anda diatas artikel blog ini dan like page facebook penyakitjantungtips